










PRAMO-C (Paser Rider Modified Community)
Lajukan motor dengan kecepatan 30 - 40 km/jam saja, lalu cepat-cepat tarik rem secara total namun hati-hati, majukan badan sedikit ke arah tangki yang diikuti dengan kaki dilipat ke depan. Tekan stang dengan kedua tangan untuk membantu motor agar naik.Ketika motor akan naik, badan jangan sampai ikutan condong ke depan dan usahakan tegak ke belakang. Nah, begitu posisi roda belakang sudah terangkat, semuanya tinggal mengandalkan kekuatan tangan untuk menjaga keseimbangan. Itulah gerakan Stopie, salah satu dari tiga gerakan dasar dalam Freestyle, yakni stopie, wheelie (menaikkan roda depan sambil melajukan motor dengan kecepatan tertentu), dan Burnout (posisi memutar roda belakang membentuk sebuah lingkaran dan menghasilkan asap akibat gesekan antara roda dan aspal)
Anak muda hampir diseluruh dunia kini sedang gandrung-gandrungnya dengan Freestyle, salah satu olah raga motor ekstrem nan atraktif dengan polah tingkah yang mengundang decak kagum siapa pun yang melihatnya. Di Indonesia pun tak kalah pamor, fenomena motor edan ini sudah menggilai remaja-muda kita, bahkan sampai di pelosok desa. Motor hancur atau kaki patah dan luka-luka disekujur tubuh, itu adalah hal yang biasa. Sama sekali tak menyurutkan niat freestylers atau gaya bebas aksi motor itu beraksi di jalanan. Itu semua adalah risiko yang justru membuat freestyle menjadi lebih menarik dan menantang.
Dimas, adalah salah satu penikmat free style. Pemuda tanggung asal bekasi ini hobi banget dengan olah raga yang berhubungan dengan motor. Baginya freestyle adalah satu seni yang layak dinikmati. Tak hanya membutuhkan ketepatan dan kecermatan, tapi juga skill yang mantab dan dibangun tidak dengan waktu yang pendek. Karena itu, Dimas betul-betul salut dengan para freestylers, khususnya freestylers Indonesia. Jemaat gereja Tiberias Indonesia (GTI) jemaat bekasi Cyber Park ini berharap agar para freestylers Indonesia terus Berjaya, bahkan menemukan gaya-gaya freestyel baru yang lebih atraktif, artistic dan tentunya menantanga adrenalin, tak hanya mereka yang sedang melakukan atraksi, tapi juga membuat jantung penontonnya naik turun tak keruan.
Tak jelas siapa yang pertama mencipta olah-raga ini. Yang jelas pada tahun 2001, X-treme Sport Bike Association (XSBA) AS, secara perdana mengadakan Freestyle Sport Bike Competitions di Pocono Cycle Festival in Long Pond Pennsylvania. Kompetisi tak kurang dari 20 freestylers Amerika paling top saat ini ikut dalam kejuaraan tersebut. Kejuaraanmeperebutkan piala “King of Pocono” itu sungguh sangat meriah. Berbagai gerak dan gaya diunjukkan kehadapan juri dan penonton, hingga sampai pada keputusan terakhir menetapkan Pauly Sherer dari “Las Vegas Extremes” sebagai pemenangnya. Dengan demikian, dialah pemenang XSBA Freestyle pertama.
Selanjutnya di tahun 2002, berlangsung 4 seri kejuaraan yang menghasilkan predikat juara umum di akhir tahun. Kejuaraan berlangsung di Summit Point (West Virginia), Road America (Elkhart Lake Wisconsin), Pocono Cycle Festival (Pennsylvania), dan terakhir di Portland Int’l Raceway’s Rose City Cycle Festival (Portland Oregon). Sejak tahun 2002 itulah perhatian publik dan media sangat besar terhadap even-even extreembike dan freestyle ini. Bahkan sudah mulai menarik penonton layaknya kejuaraan motokros dan balap roadrace. Sport Bike Freestyle semakin merasuk kedalam industri motor sport secara lebih tajam dan industri hiburan pada umumnya.
Freestyle tak sekadar memenuhi tuntutan sebagai salah satu olahraga ekstrim, tapi juga telah memenuhi unsure entertainment yang menjadi salah satu pilihan hiburan alternative untuk dinikmati. Sebut saja Dudi, Pemuda plontos asal kota “Paris Van Java” (Bandung) ini mengaku lebih tertarik menyaksikan atraksi freestyle dijalan-jalan kota asalnya, ketimbang harus mahal-mahal ke sirkuit untuk menyaksikan freestyle atau balapan motor secara resmi. Bagi Dudi menyaksikan freestyle dijalanan nan terbuka memiliki keasikan tersendiri. Selain melihat bagaimana freestylers sedang beratraksi, tapi juga keliaran dan ketepatan dalam disiplin yang mantap dari freestylers. Itulah seninya freestyle – liar, garang ekspresif dan eksplosif urai Dudi.
Kini Freestyle telah berevolusi dari aktifitas yang dianggap membahayakan menjadi satu aktifitas yang dipandang menghibur. Tak ayal banyak orang senang menikmati olah raga ini. Bahkan tak perlu jauh-jauh, keluar negeri untuk menikmati atraksi ini. Di pusat kota, daerah yang penuh keramaian anak muda, umumnya tak jauh dari alun-alun kota. Itulah orang muda, segala sesuatu mengandung unsure bahaya, kebebasan, tantangan penuh gejolak akan terus dicari-cari. Segala aktifitas yang dapat mengekspresikan unsure-unsur tadi pasti akan diminati.
JAKARTA, SABTU - Memodifikasi motor, ternyata tak hanya menambahnya dengan tambahan ornamen baru. Limbah motor gede (moge) pun bisa digunakan untuk mempercantik motor. Rudi, owner Berkat Motor berbagi tips untuk Anda yang tertarik 'mengawinkan' limbah moge dengan motor kesayangan.
"Limbah moge yang dimaksud, seperti aplikasi pelek, ban, kaki-kaki selain pelek, misalnya cakram, rem, swing arm dan shock breaker nya," kata Rudi yang ditemui di tengah ajang Otobursa 2008, di Parkir Timur, Senayan, Jakarta, Sabtu (10/5).
Moge, yang dikenal sebagai motor berbody besar, limbahnya tak hanya bisa digunakan untuk memodifikasi motor seperti Honda Tiger, Yamaha Scorpio, Kawasaki Ninja dan sejenisnya. "Motor bebek juga bisa, tinggal nanti kita adjust di sana sini, yang sesuai gimana," tambah dia.
Limbah-limbah moge itu langsung diimpor dari Singapura, Australia dan Amerika Serikat. Saat ini, lanjut Rudi, harga limbah moge tengah mengalami kenaikan hingga 30 persen. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk memodifikasi motor dengan limbah moge? "Minim Rp 11 juta, untuk kaki-kakinya saja. Kalau spec-nya lebih tinggi lagi, ya harganya mahal lagi," katanya.
Tips dari Rudi bagi yang ingin memodifikasi motor dengan limbah moge, pertama, mengetahui aliran yang diinginkan. Misalnya, sport, sport touring, chopper atau klasik. Kedua, setelah mengetahui aliran, sesuaikanlah dengan budget dan kocek yang Anda siapkan. Selanjutnya, serahkan kepada sang modifikator yang akan menyulap tampilan motor Anda. "Pokoknya, tahu aliran, budgetnya berapa kita (modifikator) tahu, nanti kita yang akan menyesuaikan," ujar Rudi
Untuk menyalurkan hobi dan kreativitas para pehobi modifikasi sepeda motor, Motor Kukar Club (MKC) menggelar ajang Kontes Modifikasi Motor yang berlangsung di halaman Pasar Seni Tepian Pandan, Tenggarong, mulai Sabtu (18/03) kemarin hingga hari ini. "Kontes modifikasi motor ini merupakan ajang tahunan yang kami gelar untuk kedua kalinya setelah September 2005," ujar Ketua Panitia Pelaksana Simeon Palinggi yang juga Ketua MKC Tenggarong. Menurutnya, kontes yang disponsori oleh U-mild ini diikuti 49 peserta dari Tenggarong, Samarinda serta Balikpapan, dengan memperlombakan 6 kelas.
Setelah dilakukan penilaian oleh dewan juri yang terdiri dari Riza dari Samarinda, serta Tarjo dan Hadi dari Balikpapan, para jawara Kontes Modifikasi Motor ini pun diumumkan tadi sore. Untuk Juara I kelas A Kinclong diraih peserta atas nama Ismail (Balikpapan), Juara II Erwin (Tenggarong) dan Juara III dari tim Auto 1 Balikpapan.
Sedangkan pada Kelas E Modif Bebek, Juara I diraih Erwin dari Tenggarong dengan sepeda motor Yamaha Jupiter, Juara II diraih Kikin (Balikpapan) dan Juara III diraih anggota tim Auto 1 Balikpapan. Kemudian gelar Juara I kelas Modif Sport diraih peserta asal Balikpapan atas nama Agus, Juara II dari tim Auto 1 Balikpapan dan Juara III disabet oleh Hasan dari Samarinda. Masing-masing pemenang berhak mendapatkan sebuah piala, piagam penghargaan dan uang pembinaan. (win) | |||||||
![]() Dewan juri yang terdiri dari 3 orang tengah melakukan penilaian terhadap sepeda motor peserta Kontes Modifikasi Motor di Tenggarong tadi siang Photo: Agri | |||||||
| |||||||
Pembalap Pertamina Berjaya |
![]() Bila selama ini M Nurgianto sering unggul dibandingkan rekan setimnya, Ratukore, di ajang Kejuaraan Suzuki Pertamina OMR di Pontianak, Kalimantan Barat, keadaan berbalik. Ratukore menjuarai dua kemenangan di kelas Shogun 125 cc TU-seeded. Sedangkan Nurgianto harus puas di posisi ke-2. Pengenalan karakter lintasan dan setingan motor terbaik serta pemakaian Pelumas Enduro 4T Racing menjadi kunci sukses Ratukore. Hebatnya lagi meski lebih senior dua orang pembalap Pertamina ini bersedia berbagi ilmu dan pengalaman kepada para pembalap muda di Pontianak. Terlebih antusias pembalap lokal untuk mengikuti kejuaraan ini sangat besar. Tercatat 142 pembalap muda mengikuti balapan tersebut. |
Belasan Pembalap Jateng-DIY ke Bekasi |
![]() Mereka siap ikut Pertamina MotorPrix Championship 2008 atau Kejurnas Region II Jawa Seri VI (final) di sirkuit Kota Deltamas Cikarang Bekasi Sabtu-Minggu (8-9/11). Dari belasan pembalap itu, dari DIY atau Yogya, ada pembalap seeded Sigit PD yang kini memimpin kelas bebek 4T 110 cc TU seeded (MP1), Diaz Kumorojati, Arya Dwi Marhaendra, Gilang Pranata Sukma dll. Di kelas pemula, ada Anang Prabowo, yang memimpin kelas bebek 4T 125 cc TU pemula (MP3), M Raka Sebastian, R Aludona, Yoga Adi Pratama, Ananto Rizka, Gupito Kresno dan Seto. Sedang dari Jateng, pembalap seedednya ada Ardhi Satya Sadarma dari Purworejo, M Hanief Bahtiar (Pati), Bima Octavianus (Semarang), Adi Ari Wibowo (AW) Sragen, Agus Bleduk Surakarta dll. Di kelas pemula, ada Teguh Nugroho, Frestian, Ages Furqon, Riska Oon dll. Dari beberapa pembalap Yogya itu, dua di antaranya dari tim Yamaha Rextor Gandhoel Racing Modifikation (GRM) milik mekanik ternama Yogya Gandhoel. Keduanya Gilang Pranata Sukma di kelas seeded (juara FIM Asia 2006) dan R Aludona di kelas pemula. Pemilik tim sekaligus juga kepala mekanik, Gandhoel ketika ditemui belum lama ini mengatakan, timnya yang ba-ru terbentuk tahun 2008 tak menargetkan hasil yang muluk-muluk di final Bekasi nanti. Tapi apa yang pernah diperoleh Gilang Pranata seperti masuk lima besar beberapa seri kelas MP2 bisa terulang lagi. Dari hasil final kejurnas gelaran promnas Helmy Sungkar dari Trendypromo Mandira bersama Pertamina dan sponsor lain itu, beberapa pembalap teratas kelas-kelas seeded MP1 dan MP2, bakal masuk IndoPrix 2009. Sedang beberapa pembalap teratas kelas pemula MP3 dan MP4 bakal naik seeded 2009. (kr) |
Podium kemenangan di ajang balap motor bukanlah sekadar sepeda motor yang mumpuni atau pembalap yang punya nyali dan skill yang oke, namun juga berkat kerjasama sebuah tim yang kompak dan profesional, mulai dari mekanik, pembalap, tim riset, manager tim-nya, bahkan juga komitmen para sponsornya.
Begitulah prinsip dari tim Asep Hendro Racing Sport (AHRS), yang kerap kali berhasil merebut podium juara di berbagai ajang balap motor. Tim yang dimiliki oleh H.Asep Hendro dan bermarkas di Depok ini tak hanya sering naik podium di kejuaraan nasional, namun juga telah beberapa kali mencetak prestasi spektakuler dalam mengharumkan nama Indonesia di kancah balap Asia. "Kami ingin menjadi tim balap yang profesional, supaya dunia balap motor Indonesia lebih bergairah dan bisa mencetak pembalap berprestasi yang bukan hanya jago kandang, tapi juga meraih podium di event balap luar negeri," kata Asep.
Misi dan visi AHRS untuk menggairahkan balap tanah air dengan menjadi sebuah tim profesional inilah yang menarik banyak sponsor untuk menggandengnya. Untuk setahun ke depan, Suzuki, IRC dan U Mild telah sepakat mendukung performa AHRS melalui kerjasama yang profesional agar tim balap ini bisa berprestasi di Asia. Kerjasama ini dikuatkan dalam peluncuran resmi tim racing Suzuki IRC U Mild AHRS yang digelar di Sirkuit Gokart, Pancoran Jakarta, 9 Mei 2008.
Sementara Brand Manager U Mild, Yasin Tofani Sadikin mengatakan, “Kami menjadi bagian dari kemitraan tim Suzuki IRC U Mild AHRS untuk memfasilitasi tim balap berprestasi melalui kerjasama yang profesional agar mereka bisa mengharumkan nama bangsa di tingkat Asia”.
Tofani menambahkan, dalam pembentukan tim balap ini U Mild berpartner dengan sponsor lain seperti Suzuki dan IRC. Suzuki berperan sebagai sponsor dari Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang mensupport dari sisi teknis, dan akses ke jaringan racing otomotif roda dua. IRC sebagai pabrikan ban terkemuka berperan mensupport teknologi ban racing terkini.
Sedangkan U Mild sebagai perusahaan yang memiliki komitmen tinggi dalam dunia balap tanah air mendukung dari sisi promosi dan publikasi. “Kerjasama yang profesional dan punya visi ke depan ini kita harapkan bisa diikuti oleh tim-tim lain sehingga balap motor menjadi sebuah industri besar di tanah air,” tandas Tofani.
Sebagai ATPM yang telah mendukung tim AHRS sejak awal, Suzuki merasa bangga kini banyak sponsor lain yang ikut mendukung performa tim racing ini sekaligus memajukan balap motor nasional. ”U Mild misalnya yang telah berkomitmen memberikan penjenjangan kepada pembalap-pembalap Indonesia, salah satunya M.Fadly yang diberikan kesempatan bertanding di kelas Supersport FIM Asian GP. Hal ini patut ditiru oleh sponsor lainnya,” ujar Tommy Ernawan, Racing Manager Suzuki.
Senada dengan Tommy, Dody Gozali, Technical and Racing Support PT Gajah Tunggal yang merupakan produsen ban IRC berharap Suzuki IRC U Mild AHRS dapat memberikan performa terbaik sebagai tim balap profesional. "Kami telah melakukan kerjasama dengan pihak AHRS sejak lama, karena itu dengan dukungan sponsor lainnya termasuk di antaranya U Mild akan membuat tim balap ini lebih solid dan profesional untuk menghasilkan sebuah prestasi bagi dunia balap motor Indonesia," tandasnya.
Sebagai sebuah racing tim yang dikelola secara profesional, tim balap ini dikomandani oleh Tommy Effendy alias Sinyo sebagai Racing Manager yang bertugas mempersiapkan tim dari pra hingga pasca balapan baik sisi teknis dan non teknis. Tak hanya itu, Suzuki IRC U Mild AHRS Racing tim juga memiliki tim Riset and Development yang dikepalai Romy Sofyan, untuk menciptakan racing kit dan apparel balap yang berkualitas namun terjangkau.
Pembalap Tim
Saat ini Suzuki IRC U Mild AHRS memiliki empat pembalap utama yakni Muhammad Fadly, Dedy Fermadi, Wahyu Widodo, dan Rijaludin Sidqi. Mereka masing-masing akan mengikuti putaran Indoprix dan FIM Asian GP, Motoprix dan One Make Race Suzuki.
M. Fadly yang merupakan juara underbone 110 cc FIM Asian GP 2004 dan Indoprix 2007, akan diberikan kesempatan untuk turun di Indoprix kelas IP1 dan IP2 serta naik ke kelas Supersport 600cc di FIM Asian GP. Dedy Fermadi, juara Motoprix 2007 kelas MP1 dan MP2, akan bertanding di IP1 dan IP2 Indoprix serta FIM Asian GP. Wahyu Widodo, juara underbone 4-tak 115cc FIM Asian GP 2007, akan diberikan kesempatan bertanding di kelas MP1 dan MP2 Motoprix serta FIM Asian GP. Sedangkan pendatang baru Rizaludin Sidqi akan bertanding di kelas MP3 dan MP4 Motoprix dan event-event nasional.
Di awal tahun ini, dengan kerjasama tim yang sangat baik dari AHRS serta dukungan para sponsor, Suzuki IRC U Mild AHRS kembali mencetak sejarah di dunia balap motor Indonesia dengan kemenangan M.Fadly sebagai juara kelas Supersport 600 cc FIM Asian GP seri I di sirkuit Sentul, 27 April lalu. Di event yang sama Wahyu Widodo juga berhasil berada di urutan ketiga kelas underbone 115cc.
Di ajang kejuaraan nasional Motoprix Seri III Region II Jawa di Yogyakarta, 4 Mei 2008, prestasi juga diukir para pembalap Suzuki IRC U Mild AHRS di kelas Pemula MP3 di mana Rijaluddin Sidqi (Qiqi) berhasil merebut podium utama di kelas ini mengalahkan para kandidat juara. Qiqi juga berada di urutan kedua di kelas MP4, sementara Wahyu Widodo di kelas MP2 berhasil merebut podium kedua
Honda GL 125 (Yoga Pam, Pam Modified)
Ditemui seusai penganugerahan gelar kepada para pemenang di akhir acara DBM 2008 Bojonegoro, pria yang datang bersama istri dan satu orang putrinya ini terlihat begitu bersahaja. Padahal kehadiran motornya di DBM 2008 Bojonegoro tidaklah tanpa hasil. Motor Honda GL 125 yang ia rancang dengan konsep tiga roda orbital inipun berhasil meraih juara dalam tiga kelas bergengsi yang diikutinya yaitu Juara 1 The Most Extreme, Juara 1 The Killer Look, dan Juara 1 Master of Orbital. Mengenai motornya, Yoga yang masih kuliah di Institut Teknologi Aditama Surabaya (ITATS) inipun bercerita.
Selain itu tambahan lain di motor ini yang jadi kelebihannya adalah penggerak gardan yang memakai Honda Civic ditambah roda gila Colt diesel, transfer gear keluar pakai Lioncin, dual cakram depan memakai merk PSM, dan orbital belakang ditopang roda gila Colt Fuso. Tak heran jika waktu 3 bulan diperlukan untuk menyempurnakan motor yang satu ini selain kesulitan di sektor kaki-kakinya yang memang sangat memperhatikan presisi.
"Harapan saya kedepan, saya ingin motor ini remotenya saya sempurnakan lagi untuk bisa lebih siap ketika datang ke Solo Oktober nanti. Kalau untuk acara Motodify sendiri bagus banget seperti waktu penyelenggaraan di Bali dan Malang, dan untuk pesaing disini juga bagus-bagus dan banyak juga dari luar Jawa Timur yang datang sehingga dapat juga menambah wawasan saya dalam modifikasi motor," lanjutnya merendah seraya mengakhiri percakapan.
Yamaha RX 100 (Bobby Kurniawan/Kebo, KBLH)
Berbeda dengan rancangan motor roda tiga milik Yoga Pam, motor Yamaha RX 100 andalan Bobby Kurniawan atau yang akrab disapa Kebo ini memang terlihat ngejreng dengan tampilan full kromnya. Menyisakan mesin orisinil Yamaha RX 100, motor ini memang terlihat jauh berbeda dari versi aslinya.
"Awalnya projek ini hasil ide iseng-iseng para alumnus aja mas, tapi setelah direalisasikan dan dissuport penuh oleh pihak kampus, kini malah menjadi warisan berharga di fakultas kami," tutur Andri (22), wakil ketua HIMA Fakultas Teknik UNUD ekstensi periode 2008 pada tim www.autoblackthrough.com mengisahkan.
Yap, alkisah, berawal dari diskusi sesama tongkrongan yang dilakoni oleh Lengis, Kade, Kluyak dan (alm) Kentung. Ide yang awalnya didasari oleh kejenuhan melihat kreasi modifikasi yang masih berbentuk umum di Bali, menjadikan gagasan modifikasi "gokart" pun terlintas dibenak para punggawa HIMA angkatan 2002 tersebut.
Meski memiliki latar belakang ilmu yang cukup membantu banyak, namun Andri menceritakan beberapa kesulitan sempat ditemui oleh para pembuat, yang diantara lain pada presisi rangka dan ban gokart yang tidak begitu banyak dijual di Bali. Dengan menghabiskan biaya total 15 Juta, mobil balap mini yang sebagian besar dikerjakan di bengkel bertempat di Jalan Nangka ini akhirnya rampung juga.
HIMA Fakultas Teknik UNUD
Dan dalam keikutsertaan pertama kalinya di kontes modifikasi roda dua paling bergengsi di tanah air, Djarum Black Motodify. Sang "warisan" HIMA ini mampu menyabet gelar kedua sebagai The Best Concept Bike di bawah juara pertama asal Cirebon dengan Vega Willys-nya ( baca : Motodify Bogor 2008 (7-8 Juni 2008) : Yamaha Vega Willys Miniatur 1944, Memang Edan..! )
"Seneng banget bisa menang, meski juara dua. Yang pasti kami dari HIMA Fakultas Teknik UNUD sangat bangga, dan hadiah ini juga kami persembahkan buat para alumnus, pihak kampus dan terutama untuk sang almarhum Kentung yang telah berpulang tak lama setelah mobil ini rampung," tambah Andri yang memiliki target untuk membuat gokart ini mundur sedikit mengenang.
Jadi kota penutup dari 12 seri rangkaian Djarum Black Motodify (DBM) 2008, final modifikasi motor bertaraf nasional di kota Solo ini memang terasa begitu istimewa. Diikuti sebanyak 272 peserta kontes, pertarungan final DBM Solo juga akan jadi ajang pembuktian siapakah yang berhak menyandang gelar sebagai pemenang The Best Black Bike se-Indonesia. Dan setelah melalui penilaian ketat mulai dari kerapihan, detail, kelayakan jalan dan orisinalitas ide, terpilihlah John Syahrul (36) sang jawara Pekanbaru sebagai pemenang tunggal The Best Black Bike se-Indonesia.
John Syahrul, The Owner
JARS Crew
Adi, Evan dan Deby Adapun total biaya yang dihabiskan Deby untuk memodif motor ini kira-kira memakan waktu sekitar Rp. 12 juta. Kemenangan ini memang jadi ajang pembuktian Deby dan bengkel modifikasi PMMC yang dikomandoi Adi dan Efan ini agar mampu terus berkarya dan bisa menghasilkan motor yang lebih hebat lainnya. Tentang kemenangannya di final DBM Solo ini, Deby sang empunya mengaku senang dan puas karena waktu 3 bulan yang disisihkan untuk pengerjaan motor mendapat hasil yang setimpal. [mot/timABT] |
Arya Ratana The Owner
Lelaki yang lebih senang disapa dengan Ratana ini, justru memiliki kesenangan memodifikasi kendaraan roda empat. Namun belakangan ini ia pun terjun di dunia modifikasi kendaraan roda dua. “Ya pada awalnya saya memang senang sekali melakukan modifikasi pada kendaraan roda empat, dan akhir-akhir ini saya mengangkat konsep modifikasi off-road. Namun belakangan kenapa tidak saya coba saja untuk memodifikasi kendaraan yang mampu menjelajahi medan off-road ?, mungkin jadinya lebih keren kali ya,” ujarnya sembari sedikit terkekeh-kekeh.
“Selain itu juga beberapa waktu lalu ada orang yang datang ke bengkel saya dan meminta untuk melakukan modifikasi pada motor matic-nya, agar mampu menjelajahi medan off-road. Ya ini merupakan sebuah tantangan dong... makanya saya semangat sekali untuk melakukan modifikasi tersebut. Yup... dan Suzuki Spin 125 inilah yang menjadi sasaran empuk percontohannya,” beber Ratana sambil menunjuk kearah motornya.
Namun alasan utama Ratana melakukan modifikasi pada Suzuki Spin 125 miliknya adalah karena kapasitas cc motor ini lebih besar dari motor matic yang lain. Belum lagi bodinya yang sangat mendukung untuk dijadikan sebagai motorcross, seakan-akan menghipnotis Ratana untuk segera melakukan pengubahan. Alhasil waktu yang dibutuhkan untuk melakukan modifikasi pun tidak terlalu lama, yaitu sebanyak 2 minggu saja. Sebab semua bahan dasar yang diperlukan dalam mengolah Suzuki Spin 125 ini menjadi sebuah kendaraan segala medan, bisa didapatkan di part aksesories shop terdekat di kota Denpasar. Seperti tromol dan garpu depan yang diadopsi dari motor Honda Supra X 125, yang kemudian dilakukan sedikit modifikasi agar lebih panjang. “Penambahannya saya lakukan pada bagian bawah agar tetap aman dan juga lebih rapi pengerjaannya,” timpal Ratana.