Selasa, 04 November 2008

Djarum Black Motodify 2008 Bojonegoro (9-10/8) : Tampilan Apik 2 Motor Roda Tiga



Kehadiran 2 motor roda tiga dari dua klub berbeda di Djarum Black Motodify (DBM) 2008 Bojonegoro ini memang begitu menarik perhatian para pengunjung yang hadir di Gedung Serba Guna Bojonegoro, Sabtu hingga Minggu (9-10/8). Motor pertama dengan cat berkelir warna merah adalah motor andalan Yoga Pam (28) dari Pam Modified, Pandaan, Pasuruan sedang motor kedua adalah motor milik Bobby Kurniawan (Kebo) dengan cat berkelir krom asal klub KBLH (Kebo Landoh Modified), Pati.

Honda GL 125 (Yoga Pam, Pam Modified)

Ditemui seusai penganugerahan gelar kepada para pemenang di akhir acara DBM 2008 Bojonegoro, pria yang datang bersama istri dan satu orang putrinya ini terlihat begitu bersahaja. Padahal kehadiran motornya di DBM 2008 Bojonegoro tidaklah tanpa hasil. Motor Honda GL 125 yang ia rancang dengan konsep tiga roda orbital inipun berhasil meraih juara dalam tiga kelas bergengsi yang diikutinya yaitu Juara 1 The Most Extreme, Juara 1 The Killer Look, dan Juara 1 Master of Orbital. Mengenai motornya, Yoga yang masih kuliah di Institut Teknologi Aditama Surabaya (ITATS) inipun bercerita.

"Konsep dasar motor ini ialah menggunakan model three wheel atau tiga roda dan lebih saya fokuskan pada sektor kaki-kaki, khususnya untuk sektor kaki depan memakai dua orbital kanan kiri dan ditopang dengan gardan mobil Honda Civic. Selain itu untuk penggerak kita pakai gardan. As depan sebagai penyalur gerak kita ambil dari mobil Mocin. Dinamo wiper kita jadikan sebagai penggerak roda belakang dengan sistem seperti mobil fork lift. Jadi kita manuver kanan kiri pakai roda belakang. Untuk sistem pengereman kita pakai dua disc brake yang ditempatkan di depan. Sedang untuk perubahan body kita ambil contoh dari Japanese Moge, Benelli TNT yang kita sempurnakan lagi," kata Yoga menjelaskan tentang konsep awal dan beberapa ubahan motornya.

Selain itu tambahan lain di motor ini yang jadi kelebihannya adalah penggerak gardan yang memakai Honda Civic ditambah roda gila Colt diesel, transfer gear keluar pakai Lioncin, dual cakram depan memakai merk PSM, dan orbital belakang ditopang roda gila Colt Fuso. Tak heran jika waktu 3 bulan diperlukan untuk menyempurnakan motor yang satu ini selain kesulitan di sektor kaki-kakinya yang memang sangat memperhatikan presisi.

"Harapan saya kedepan, saya ingin motor ini remotenya saya sempurnakan lagi untuk bisa lebih siap ketika datang ke Solo Oktober nanti. Kalau untuk acara Motodify sendiri bagus banget seperti waktu penyelenggaraan di Bali dan Malang, dan untuk pesaing disini juga bagus-bagus dan banyak juga dari luar Jawa Timur yang datang sehingga dapat juga menambah wawasan saya dalam modifikasi motor," lanjutnya merendah seraya mengakhiri percakapan.

Yamaha RX 100 (Bobby Kurniawan/Kebo, KBLH)

Berbeda dengan rancangan motor roda tiga milik Yoga Pam, motor Yamaha RX 100 andalan Bobby Kurniawan atau yang akrab disapa Kebo ini memang terlihat ngejreng dengan tampilan full kromnya. Menyisakan mesin orisinil Yamaha RX 100, motor ini memang terlihat jauh berbeda dari versi aslinya.

Motor yang seluruh bagiannya telah dikrom ini memang terlihat begitu kinclong. Apalagi jika malam, penambahan lampu warna biru membuat motor yang satu ini terlihat begitu "eye catching". Ubahan kaki-kaki pun dibuat pol-polan. Pengadopsian beberapa ide gila pun diterapkan disini. Velg depan menggunakan velg Corry 500:12 terlihat apik dibalut ban traktor, sedang untuk velg belakng menggunakan velg berukuran sama dengan depan namun untuk bannya memakai ban orisinil Corry. Tak mengherankan jika motor andalan anak KBLH ini mampu berbicara banyak di ajang DBM 2008 Bojonegoro. Hasilnya juara 1 The Best Naked Bike berhasil dibawa pulang oleh asal Pati, Kayen, Jawa Timur ini.

1999 Suzuki Satria, Modifikasi "Warisan" Gokart Ala HIMA





Jika sebuah karya modifikasi cenderung membela nama sebuah klub, lain hal dengan kreasi hiper yang satu ini. Mengusung nama HIMA atau lazim diartikan sebagai Himpunan Mahasiswa, sang Gokart warisan berjantung Satria ini hadir pada gelaran Djarum Black Motodify Denpasar Bali 2008 (26-27/7) sebagai salah satu eksistensi karya dan kreasi positif para anak-anak Fakultas Teknik UNUD.

"Awalnya projek ini hasil ide iseng-iseng para alumnus aja mas, tapi setelah direalisasikan dan dissuport penuh oleh pihak kampus, kini malah menjadi warisan berharga di fakultas kami," tutur Andri (22), wakil ketua HIMA Fakultas Teknik UNUD ekstensi periode 2008 pada tim www.autoblackthrough.com mengisahkan.

Yap, alkisah, berawal dari diskusi sesama tongkrongan yang dilakoni oleh Lengis, Kade, Kluyak dan (alm) Kentung. Ide yang awalnya didasari oleh kejenuhan melihat kreasi modifikasi yang masih berbentuk umum di Bali, menjadikan gagasan modifikasi "gokart" pun terlintas dibenak para punggawa HIMA angkatan 2002 tersebut.



Dengan bermodal nekat dan proposal resmi, mereka pun mengajukan ide "tongkrongan" ini pada pihak kampus. Yang secara luar dugaan ternyata disambut cukup baik. "Sebenarnya banyak yang tidak percaya mereka bisa, tapi toh akhirnya berhasil juga dan hanya butuh waktu dua minggu saja," tambah Andri, yang juga merupakan adik kelas dari kelima modifikator.

Meski memiliki latar belakang ilmu yang cukup membantu banyak, namun Andri menceritakan beberapa kesulitan sempat ditemui oleh para pembuat, yang diantara lain pada presisi rangka dan ban gokart yang tidak begitu banyak dijual di Bali. Dengan menghabiskan biaya total 15 Juta, mobil balap mini yang sebagian besar dikerjakan di bengkel bertempat di Jalan Nangka ini akhirnya rampung juga.


HIMA Fakultas Teknik UNUD

"Kalau saat ini kami hanya mengubah beberapa sektor finishing saja, sedangkan untuk sektor lain masih asli seperti dulu," ungkap Andri menambahkan.

Dan dalam keikutsertaan pertama kalinya di kontes modifikasi roda dua paling bergengsi di tanah air, Djarum Black Motodify. Sang "warisan" HIMA ini mampu menyabet gelar kedua sebagai The Best Concept Bike di bawah juara pertama asal Cirebon dengan Vega Willys-nya ( baca : Motodify Bogor 2008 (7-8 Juni 2008) : Yamaha Vega Willys Miniatur 1944, Memang Edan..! )

"Seneng banget bisa menang, meski juara dua. Yang pasti kami dari HIMA Fakultas Teknik UNUD sangat bangga, dan hadiah ini juga kami persembahkan buat para alumnus, pihak kampus dan terutama untuk sang almarhum Kentung yang telah berpulang tak lama setelah mobil ini rampung," tambah Andri yang memiliki target untuk membuat gokart ini mundur sedikit mengenang.

Pembuktian Satria FU Ala R6 Sebagai Jawara Sejati The Best Black Bike Motodify 2008



Jadi kota penutup dari 12 seri rangkaian Djarum Black Motodify (DBM) 2008, final modifikasi motor bertaraf nasional di kota Solo ini memang terasa begitu istimewa. Diikuti sebanyak 272 peserta kontes, pertarungan final DBM Solo juga akan jadi ajang pembuktian siapakah yang berhak menyandang gelar sebagai pemenang The Best Black Bike se-Indonesia. Dan setelah melalui penilaian ketat mulai dari kerapihan, detail, kelayakan jalan dan orisinalitas ide, terpilihlah John Syahrul (36) sang jawara Pekanbaru sebagai pemenang tunggal The Best Black Bike se-Indonesia.



Kemenangan ini layak diberikan kepada John, yang merubah Suzuki Satria FU tunggangannya jadi lebih sangar bergaya super bike ala Yamaha R6. Seluruh bagian dari mulai kaki-kaki depan, kaki-kaki belakang, ban/velg, body, cat, dan variasi lainnya nampak begitu padu hingga dalam baluran warna hitamnya yang elegan. Untuk kaki-kaki depan perubahannya meliputi pengaplikasian garpu ala Aprilia, kaliper Nissin (Aprilia), master rem standard merk Nissin standard FU. Sedang rincian ubahan pada kaki-kaki belakang hanya terlihat pada swing arm-nya yang asli buatan sendiri/handmade. Sisanya rem/cakram, kaliper, master rem masih standard FU.

John Syahrul, The Owner

Menilik ubahan ban serta velg depan motor ini, kita akan melihat sepasang ban berukuran besar seperti yang digunakan pada motor-motor super bike kebanyakan. Velg depan menggunakan power ukuran 3.00 - 17, sedang velg belakang menggunakan ban mobil Escudo ukuran 17 inchi. Sebagai pelapisnya John memilih ban performa tinggi Bridgestone Battlax sebagai pembalutnya. Ubahan besar memang nampak pada bagian body. Hampir keseluruhan rangka depan, fairing, buritan dan cover mesin sudah dirancang handmade bergaya R6. Di luar mesinnya yang masih orisinil Suzuki Satria FU, variasi lain pada motor ini dapat kita lihat seperti pada footstep, stang stabilizer, tensioner rantai, filter udara, maupun pada gas spontannya.

JARS Crew

Mengejar aura hitam yang jadi salah satu syaratnya, cat motor ini menggunakan merk Spies Hecker, Clear Sikken serta sedikit sentuhan airbrush. Tidak heran kalau modifikasi motor oleh pria yang berprofesi sebagai wiraswastawan ini totalnya sudah menghabiskan biaya sekitar Rp. 18 juta dengan lama pengerjaan sekitar satu setengah bulan. Mengenai kemenangannya, kepada tim www.autoblackthrough.com, John mengaku, "Saya sangat bahagia sekali dengan kemenangan ini karena bisa mewakili Indonesia. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk perubahan motor saya sekarang terlihat pada buntut belakang, itu saya buat seperti R6 dan fairing saya rubah frontal abis. Untuk masalah kaki-kaki tetap dengan menggunakan sistem mono arm," katanya menambahkan. "Harapan saya dengan motor, kedepannya akan tetap saya jaga dan tidak akan saya modif jadi standard lagi karena motor ini sudah jadi sejarah buat saya dan tidak akan saya rubah lagi," ujar John ketika ditanya mengenai rencana ke depan dengan motornya. Datang dengan harapan besar bersama dua orang temannya, toh hasil yang dicapai John kali ini sudah sangat membanggakan dirinya dan juga bengkel modif JARS miliknya. Sebagai buah kemenangannya John pun berhak mendapakan satu buah motor bebek yang segera bisa ia bawa pulang ke tanah asalnya di Riau, Pekanbaru. Salut buat John.

Ceper Fungsional Nan Berkilau, Honda Astrea Grand 1992






Nama Honda Astrea Grand di kancah otomotif roda dua memang sudah tidak usah diragukan lagi. Punya mesin bandel dan irit, motor ini memang sempat jadi salah satu incaran para antusias penggila roda dua. Secara umum, desain standard body motor ini memang kurang begitu sporty dan terkesan biasa saja. Namun hal tersebut bukanlah halangan bagi Deby (21) untuk memodif Honda Astrea Grand miliknya agar nampak eye catchy dan bergaya.

Tampil bersahaja di final Djarum Black Motodify (DBM) Solo 2008, ubahan modif yang dilakukan Deby dan PMMC (Prima Modify Motor Cycle) terbukti spesial dan mampu berbicara banyak. Tak heran jika dua penghargaan bergengsi sebagai jawara The Coolest Blink-Blink dan Too Damn Low mampu diraih motor buah kreasi anak-anak asli Sukabumi, Jawa Barat ini. Tema ceper fungsional yang ditunjang dengan tampilan kelir warna biru nan berkilau memang makin menambah nilai plus motor ini.

Adi, Evan dan Deby

Mengenai ubahan modif pada Sang Astrea Grand 1992 ini, Adi selaku modifikator mengungkapkan "Perubahan motor ini hanya sekitar shock breaker depan, belakang, cover lampu depan, dan jok-nya. Sisanya body hanya divacum saja," katanya menjelaskan. Ditanya tentang keunggulan kaki-kaki cepernya sehingga bisa meraih juara 1 kategori Too Damn Low, pria ramah ini mengungkapkan, "Kalau menang di ceper, kita menggunakan model hidraulik. Kesulitannya ialah sewaktu membuat urial semacam per itu agar bisa lebih fungsional". "Untuk bahan-bahannya sendiri dalemannya masih pakai yang orisinil terus per shocknya dipotong kemudian ditambah semacam mur lagi tapi dratnya yang kasar," lanjunya menambahkan.

Adapun total biaya yang dihabiskan Deby untuk memodif motor ini kira-kira memakan waktu sekitar Rp. 12 juta. Kemenangan ini memang jadi ajang pembuktian Deby dan bengkel modifikasi PMMC yang dikomandoi Adi dan Efan ini agar mampu terus berkarya dan bisa menghasilkan motor yang lebih hebat lainnya. Tentang kemenangannya di final DBM Solo ini, Deby sang empunya mengaku senang dan puas karena waktu 3 bulan yang disisihkan untuk pengerjaan motor mendapat hasil yang setimpal. [mot/timABT]

DJARUM BLACK MOTODIFY BALI (25-26 Agustus 2007) : 4 Wheeler Being a 2 Wheeler




Arya Ratana The Owner

Menjadi seorang pehobi modifikasi di bidang otomotif, biasanya dilakoni oleh orang yang rasa cipta dan kreatifitasnya selalu tumbuh. Namun untuk urusan yang seperti itu biasanya orang cenderung memilih untuk melakukan modifikasi pada salah satu jenis kendaraan saja, apakah itu kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat. Dan ada juga orang yang melakukan modifikasi pada kedua jenis kendaraan tersebut, namun biasanya setelah jenuh dengan berbagai konsep modifikasi satu jenis kendaraan. Tetapi sangat jarang ditemui orang yang dalam waktu bersamaan melakoni kedua jenis konsep modifikasi, dan Arya Ratana adalah salah seorang yang sangat jarang tersebut.

Lelaki yang lebih senang disapa dengan Ratana ini, justru memiliki kesenangan memodifikasi kendaraan roda empat. Namun belakangan ini ia pun terjun di dunia modifikasi kendaraan roda dua. “Ya pada awalnya saya memang senang sekali melakukan modifikasi pada kendaraan roda empat, dan akhir-akhir ini saya mengangkat konsep modifikasi off-road. Namun belakangan kenapa tidak saya coba saja untuk memodifikasi kendaraan yang mampu menjelajahi medan off-road ?, mungkin jadinya lebih keren kali ya,” ujarnya sembari sedikit terkekeh-kekeh.

“Selain itu juga beberapa waktu lalu ada orang yang datang ke bengkel saya dan meminta untuk melakukan modifikasi pada motor matic-nya, agar mampu menjelajahi medan off-road. Ya ini merupakan sebuah tantangan dong... makanya saya semangat sekali untuk melakukan modifikasi tersebut. Yup... dan Suzuki Spin 125 inilah yang menjadi sasaran empuk percontohannya,” beber Ratana sambil menunjuk kearah motornya.


Seperti yang diinginkan oleh banyak modifikator, melakukan modifikasi motor untuk konsep sport, sebenarnya lebih cocok jika mengaplikasikan barang-barang limbah. “Tapi barang limbah di Bali sangat susah mas, kalaupun ada harganya pasti sangat mahal, makanya saya juga lebih berfikir untuk mengunakan yang standar ajalah, yang penting kan tetap aman tanpa mengorbankan sisi sporty dari luarnya,” kilah bapak dari dua orang anak ini.

Namun alasan utama Ratana melakukan modifikasi pada Suzuki Spin 125 miliknya adalah karena kapasitas cc motor ini lebih besar dari motor matic yang lain. Belum lagi bodinya yang sangat mendukung untuk dijadikan sebagai motorcross, seakan-akan menghipnotis Ratana untuk segera melakukan pengubahan. Alhasil waktu yang dibutuhkan untuk melakukan modifikasi pun tidak terlalu lama, yaitu sebanyak 2 minggu saja. Sebab semua bahan dasar yang diperlukan dalam mengolah Suzuki Spin 125 ini menjadi sebuah kendaraan segala medan, bisa didapatkan di part aksesories shop terdekat di kota Denpasar. Seperti tromol dan garpu depan yang diadopsi dari motor Honda Supra X 125, yang kemudian dilakukan sedikit modifikasi agar lebih panjang. “Penambahannya saya lakukan pada bagian bawah agar tetap aman dan juga lebih rapi pengerjaannya,” timpal Ratana.


Sedangkan untuk bagian-bagian yang lain, Ratana masih menjaga keaslian Suzuki Spin 125 miliknya. Hanya saja pada sebagian besar bagian kendaraan ini dilakukan modifikasi dan sentuhan-sentuhan khusus agar terlihat berbeda. Bagian lain yang juga mendapat penambahan adalah wing samping pada bagian belakang khas motorcross, spoiler depan dan juga terdapat roll bar untuk menjaga keamanan kendaraan dan penggunanya. Dan surprice... the young guns is born to be wild ! “Tapi mungkin Suzuki Spin 125 ini, tidak cocok lagi untuk digunakan di jalan raya, sebab mungkin pengaruh ban off-road yang membuatnya terasa agak kasar. Memang dia sekarang lebih cocok di trek off-road,” pungkas Ratana kemudian. Well... siapa yang ingin motor maticnya jadi crosser hayooo...? Just take it to Ratana’s Workshop.